Mahasiswa KKN Berikan Penyuluhan “Menjaga Kesehatan Gigi dan Cuci Tangan”

alt

PETUNGKRIYONO – Mahasiswa KKN Angkatan 46 IAIN Pekalongan Kelompok 23 Dukuh Rowo Desa Tlogopakis mengadakan kegiatan Penyuluhan pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut serta 7 langkah cuci tangan yang benar di MIS Tlogopakis, Minggu(5/5/19).

Minggu, 5 Mei 2019, pukul 08.00 WIB mahasiswa KKN 46 IAIN Pekalongan Kelompok 23 mengadakan Penyuluhan Kesehatan dan Kebersihan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui cara menjaga kesehatan gigi dan mulut serta 7 langkah cuci tangan yang benar. Penyuluhan ini merupakan kerjasama antara KKN Angkatan 46 IAIN Pekalongan 2019 Kelompok 23 dengan MIS Tlogopakis. Sasaran kegiatan ini adalah seluruh siswa MIS Tlogopakis dari kelas satu sampai kelas lima dengan jumlah 60 siswa. Dalam kegiatan ini, siswa-siswi MIS Tlogopakis dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok 1 terdiri dari siswa-siswi kelas 4 dan 5, kelompok 2 terdiri dari siswa-siswi kelas 2 dan 3, dan kelompok 3 hanya terdiri dari siswa-siswi kelas 1.

Dalam kegiatan ini, tim KKN dibagi untuk mengisi materi di setiap kelas agar lebih efektif. Setiap kelas diisi oleh dua pemateri dari tim KKN IAIN Pekalongan Angkatan 46. Pengisian materi berlangsung kira-kira selama 25 menit. Materi yang disampaikan antara lain tentang tata cara gosok gigi dengan benar, 7 langkah mencuci tangan dengan benar, serta akibat yang dapat ditimbulkan apabila tidak menjaga kebersihan. Setelah ada penjelasan dari kakak-kakak KKN, kegiatan selanjutnya adalah mempraktikkan cara menggosok gigi dan mencuci tangan dengan benar. Namun, ada kendala dalam kegiatan penyuluhan ini. Kendala yang kami alami adalah tidak dapat menemukan air bersih di sekolah tersebut. Keringnya sumber air di MIS Tlogopakis mempersulit kami tim KKN kelompok 23 dalam melanjutkan praktik gosok gigi dan cuci tangan ini.

Karena adanya kendala tersebut, kami melakukan diskusi sejenak untuk membahas langkah apa yang akan kami lakukan atau plan B agar kami tidak terjebak di situasi yang cukup menyulitkan ini. Hasil diskusi menghasilkanplan B yaitu kamimeminta bantuan dari warga yang rumahnya tidak jauh dari sekolah. Perwakilan tim KKN menemui kembali Bapak Wanuri, Kepala Sekolah MIS Tlogopakis, untuk meminta izin melakukan praktik gosok gigi dan cuci tangan diluar sekolah untuk mendapatkan air bersih. Bapak Wanuri pun mengizinkan kami untuk melakukan praktik diluar sekolah. Berhubung sumber air MIS Tlogopakis kering, maka praktik gosok gigi dan cuci tangan dilakukan dirumah warga terdekat dari MIS Tlogopakis. Walaupun kegiatan ini dilakukan diluar sekolah, namun masih tetap terlihat semangat dan sumringah dari wajah siswa-siswi MIS Tlogopakis. “Kegiatan ini juga untuk membiasakan siswa agar dapat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat yang dapat dilakukan dari usia sejak dini,” papar Roni, Ketua Kelompok 23 KKN 46 IAIN Pekalongan.

“Kami sangat senang dengan adanya acara yang diselenggarakan Mahasiswa KKN ini. Acara ini dapat memotivasi peserta didik kami dan mudah-mudahan siswa-siswi dapat menjaga kesehatan dan kebersihan diri dimulai dari hal yang kecil yang nanti akan dipraktikkan yaitu menggosok gigi dan mencuci tangan dengan benar. Selain itu, dari pihak MIS Tlogopakis juga mengharapakan agar dari KKN IAIN Pekalongan ikut serta dalam pengisian Pesantren Kilat untuk siswa-siswi MIS Tlogopakis yang berlangsung selama 3 hari selama bulan Ramadan.” Ungkap Kepala Sekolah, Bapak Wanuri.

Kegiatan penyuluhan ini selesai pukul 10.30 WIB. Setelah kegiatan penyuluhan ini selesai, tim KKN dan siswa-siswi MIS Tlogopakis kembali ke sekolah untuk melanjutkan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sepanjang perjalanan dari rumah warga menuju kesekolah, tim KKN bersayonara bersama mereka. Terlihat pula kebahagiaan dari raut wajah mereka yang merekah merah merona asli tanpa polesan dan wajah yang imut-imut khas asli pegunungan itu mampu meminimalisasi dan menghilangkan rasa lelah kami.

LP2M Gelar Workshop Penelitian Dosen Muda

lp2m iain pekalongan gelar workshop penelitian dosen muda.jpg

“Semakin banyak publikasi seorang dosen, kian bagus juga mutu sebuah perguruan tinggi. Bahkan, bisa dikatakan, “iman” seorang dosen akan sempurna jika mempublikasikan karyanya,” jelas Dr. Maghfur Ahmad membuka acara Workshop Metodologi Penelitian Dosen di Kampoeng Kopi Banaran.

Maghfur menjelaskan seorang dosen yang tidak memiliki publikasi dipertanyakan kapasitasnya. Oleh karena itu, Ketua LP2M IAIN Pekalongan ini selalu mendorong terciptanya iklim akademik yang kondusif di kampus.

Untuk mewujudkannya, diselenggarakan berbagai pelatihan penelitian yang bisa menginspirasi dosen-dosen muda. “Dosen-dosen muda di sini memiliki masa depan yang masih panjang, yang harus segera berakselerasi,” tuturnya.

Acara ini dihadiri oleh 35 dosen muda IAIN Pekalongan. Diharapkan acara ini akan melahirkan inspirasi untuk memproduksi karya ilmiah yang bermutu dan layak publikasi.

Pelatihan ini menghadirkan tiga pembicara utama yang berkompeten di bidangnya. Kasi Publikasi Ilmiah Dit. PTKI, Dr. Mahrus menegaskan seorang peneliti harus meletakkan objektivitas sebagai landasan utama dalam melakukan sebuah kajian. Tanpa itu, penelitian akan terjerumus pada prasangka yang tidak berdasar dan akan dipertanyakan konteks keilmiahannya sebagai sebuah karya.

“Dalam konteks kajian filologi, misalnya, naskah kuno menimbulkan berbagai tanggapan dari para pemilik naskah kuno. Secara akademik, naskah kuno mengandung banyak unsur, antara lain sebagai warisan budaya, transmisi keilmuan, pusaka keluarga atau jimat, dan buku peradaban suatu zaman,” papar Mahrus.

Mahrus menyatakan setidaknya terdapat dua tren filologi di kalangan akademisi Kemenag. Pertama, filologi Arab yang dikembangkan pada Direktorat Pontren dan Madrasah Pendis. Kedua, filologi latin yang dikembangkan di Perguruan Tinggi.

Sementara itu, Dr. Dewi Candraningrum, selaku pembicara berikutnya, mengatakan bahwa penelitian yang baik adalah penelitian berpihak. Dalam artian, tidak mengingkari prosedur akademik. Semua prosedur harus dilalui agar sebuah karya penelitian bisa dipertanggungjawabkan kebenaran ilmiahnya. “Keberpihakan sebuah penelitian terletak pada objektivitasnya,” tambahnya.

Pakar kajian Gender dari Universitas Muhammadiyah Surakarta ini menyayangkan seorang peneliti yang melupakan isu-isu gender dalam suatu penelitian. Karena hilangnya sensivitas gender bisa berdampak pada akurasi dalam menentukan kebijakan yang berpijak dari penelitian terkait.

Perempuan bergelar doktor dari Universitaet Muenster, Jerman ini mencontohkan dalam bencana yang dibutuhkan tidak hanya persoalan pangan dan papan. Namun juga hal-hal yang berkaitan dengan data gender. “Semakin akurat data gender, maka akan menunjukkan keberpihakannya terhadap isu-isu gender itu sendiri,” lanjut Dewi.

Pembicara lain yaitu, Dr. H. Sholihan, M.Ag dari UIN Walisongo Semarang, yang memaparkan landasan filosofis riset social-keagamaan interdisipliner. Sementara itu, Dr. Muhlisin menjelaskan Teknik penulisan hasil penelitian. Wakil Rektor 1 Bidang Akademik ini mengatakan bahwa riset memainkan peran vital bagi akademisi. Selain sebagai ruh perguruan tinggi, lanjut Muhlisin, riset juga sebagai tolok ukur muruah kampus. “Maka, makin bagus riset makin tinggi juga muruh perguruan tinggi itu.”

Berbeda dengan nuansa pelatihan pada umumnya, workshop kali ini berusaha menampilkan lokalitas ke-Indonesiaan. Semua peserta dan pembicara mengenakan sarung untuk laki-laki dan perempuan menggunakan pakaian bebas sopan. “Membentuk identitas ke-Indonesian dari pakaian. Harapannya bisa menumbuhkan riset-riset yang berkeindonesian, yang kontekstual dan tidak gagap terhadap hal-hal yang beraroma lokal, ujar Sekretaris LP2M Musoffa Basyir, M.Ag.

Di akhir acara, dirumuskan pembentukan kluster penelitian pembinaan (pemula) yang terhimpun dalam kelompok filologi, gender, riset islam, dan Islam Nusantara. Masing-masing kelompok, nantinya, akan dipandu oleh seorang mentor yang diusulkan atau ditunjuk. (Zk)

Tingkatkan Kualitas, LPPM Gelar Workshop Editorial Coaching dan Improving

lp2m workshop editorial coaching 2018

Gelar Workshop Editorial Coaching & Improving, LPPM IAIN Pekalongan ingin tingkatkan kualitas jurnal. Acara bertemakan “Road to Sinta 1/ Sinta 2” ini berlangsung di Ruang Meeting Hotel Dafam Pekalongan selama dua hari (8-9/8).

Terdapat dua target dalam forum ini, “Pertama, peningkatan jumlah jurnal terakreditasi. Baru ada 3 jurnal yang terindeks nasional di DOAJ dari sembilan jurnal yang ada. Pun, dengan yang sudah terindeks agar naik levelnya ke internasional (SCOPUS)”.

“Kedua, sebagai pengelola jurnal diharapkan akan meningkat lagi ketrampilan dalam Hunting dan Editing naskah (sesuai dengan kriteria penulisan karya ilmiah), sehingga akan didapatkan naskah-naskah yang berkualitas”, ungkap Dr. Maghfur, M.Ag (Ketua LPPM) mengawali acara.

Warek 1, Dr. Muhlisin, M.Ag mewakili Rektor IAIN dalam sambutan menyampaikan bahwa jurnal merupakan marwah dari sebuah kampus. “Kenapa jurnal kita belum begitu banyak dilirik oleh para penulis? Belum terakreditasi, itu salah satu faktornya. Sebaliknya, ketika sudah terakreditasi penulis akan datang dengan sendirinya. Terlebih, eksisnya jurnal merupakan indikator budaya akademik sebuah kampus berjalan dengan baik atau tidak”, jelasnya untuk memotivasi.

Sebagai pamungkas, dia menyampaikan permohonan ijin Rektor karena tidak bisa menghadiri acara dan amanat agar terus semangat dibalik keterbatasan-keterbatasan yang ada.

Yoris Adi Maretta, M.Pd (Associate Editor DOAJ) menjadi pembicara di hari pertama. Mereview posisi sembilan jurnal (Religia, Jurnal Penelitian, JHI, Muwazah, Hikmatuna, Alsinatuna, ISJOUST, Edukasia Islamika, IJIBEC) menjadi pembuka materi. Review ini penting untuk mengetahui apa saja kekurangan-kekurangan dan hal yang diperlukan oleh pihak jurnal menuju akreditasi.

Dilanjutkan dengan penyampaian materi standarisasi DOAJ dan bagaimana langkah praktis agar terindeks di DOAJ. Karena salah satu ukuran kualitas jurnal adalah dengan terindeks di DOAJ. Bagaimana melakukan check plagiarism menggunakan Turnitin, cara meningkatkan jumlah sitasi dan strategi naik level internasional (SCOPUS) menjadi materi selanjutnya.

Hari kedua, diisi Dr. Arif Maftuhin, M.A (Executive Editor Al Jami`ah). Dalam kesempatan ini, dia menyampaikan materi terkait dengan cara penulisan karya ilmiah yang baik dan benar. “Artikel ilmiah adalah tulisan yang berisi tentang fakta bukan opini atau klaim sepihak, harus obyektif atau tidak berpihak, dan mengandung unsur kebaruan. Kebaruan yang dimaksud adalah berawal dari penelitian atau literatur review terbaru, bukan dari hasil peristiwa terbaru”, jelas Arif.

Abstrak dan Keywords yang baik perlu diperhatikan dalam sebuah artikel. Asbtrak harus mengandung tujuan, metodologi, hasil, dan kesimpulan. Sementara keywords harus simpel, spesifik, lebih dari satu kata, dan tidak boleh terlalu umum. Dengan begitu, pembaca tidak akan kebingungan dalam meraba isi tulisan.

Tak kalah penting juga terkait dengan substansi atau isi. Sembilan jurnal yang ada, lalu dikupas tuntas oleh Arif. Tentu, banyak penilaian yang dihasilkan sehingga bisa menjadi modal bagi para pengelola jurnal untuk memperbaiki sisi mana saja yang perlu ditambal dan dikembangkan agar kualitas jurnal bisa terealisasi. (Irs86’)

LP2M IAIN Pekalongan Gelar Seminar Proposal Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Prodi

lp2m seminar proposal maret 2018

Pekalongan – Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Pekalongan menggelar Seminar Proposal Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Prodi Tahun 2018 di Hotel Dafam Pekalongan yang berlangsung pada hari Rabu (21/3) lalu.

LPPM IAIN Pekalongan membuktikan komitmennya untuk terus memutakhirkan program kerjanya terutama di bidang pemberdayaan masyarakat. Melalui acara Seminar Proposal bertemakan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Prodi Tahun 2018 diharapkan para akademisi di lingkungan IAIN Pekalongan mampu memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat sebagai bentuk dari pengamalan salah satu Tri Darma Perguruan Tinggi.

Ketua LPPM IAIN Pekalongan Bpk. Maghfur, M.Ag mewakili Rektor IAIN Pekalongan dalam sambutannya menyampaikan banyak terima kasih atas animo dari para akademisi yang tergolong tinggi dalam hal pengabdian masyarakat, terbukti terkumpul sebanyak 26 buah proposal yang diajukan kepada panitia dengan disiplin keilmuwan bervariasi. Selain itu, IAIN Pekalongan merupakan salah satu perguruan tinggi yang mempunyai corak tersendiri, potensi ini harus menjadi pelecut untuk terus menumbuhkan banyak inovasi dan aksi bagi para akademisi dalam mengabdi.

Dan yang utama, “Mutu perguruan tinggi harus ditandai dengan produksi ilmu pengetahuan yang inovatif dan inspiratif, para akademisi juga harus ikut terlibat aktif dalam penyelesaian problem-problem dasar umat dan melakukan perubahan sosial, tanpa mengesampingkan lulusan yang berkualitas tentunya,” ungkap Maghfur.

Sebagai penutup dia menyampaikan bahwa pengabdian ini diharapkan akan menghadirkan banyak desa binaan yang akan menjadi Laboratorium Pembelajaran sehingga akan melahirkan masyarakat yang kritis, menjadikan lembaga semakin kuat, masyarakat berdaya, menghasilkan banyak karya ilmiah, dan hadirnya rekomendasi perubahan kebijakan.

Hadir dalam acara tersebut Bpk. Ahmad Mahmudi dan Sumino dari Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) Surakarta yang bertugas menjadi Reviewer dari proposal-proposal yang telah diserahkan kepada panitia LPPM. Beberapa masukan dan kritikan hasil analisa dari para Reviewer antara lain adalah:

“Hindari kalimat pengantar terlalu bertele-tele yang dapat mengaburkan isi proposal, usahakan satu tema saja dalam satu proposal sehingga sasaran dan tujuan akan menjadi lebih fokus, harus ada Field Research kuat yang bisa menjadi inspirasi dalam meneliti sehingga akan menghasilkan deskripsi yang bagus, hindari struktur pembahasan yang loncat-loncat (sistematis), dan pesan terpenting dari semua itu adalah hanya orang galau atau gelisah yang akan dapat mengakomodir masyarakat –bukan mereka orang yang berada di zona nyaman,” tegas Mahmudi.

Banyak para peserta seminar proposal kali ini yang mengaku senang dan puas dengan hasil analisa para Reviewer. Penjelasan yang telah diuraikan dirasa akan dapat menjadikan proposal yang telah diajukan akan menjadi lebih baik dan lebih tepat sasaran sehingga pengabdian yang akan dilakukan juga lebih efisien dan efektif. (Irs86’)

IAIN Pekalongan Membangun Kesadaran Save the Children

save children 1

Pekalongan – Edukasi Literasi seksual bagi anak, bagaimana agar anak dapat melindungi diri sendiri merupakan sasaran kegiatan Pengabdian Masyarakat Pokja Save the Children IAIN Pekalongan, yang tahun ini mengambil lokasi pendampingan sekaligus Desa Binaan Program Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik berbasis Program Studi (Prodi), berlokasi di kelurahan Bendan Sari Pekalongan.

Lokasi desa binaan ini dipilih mengingat kelurahan Bendan Sari selama ini belum maksimal mendapatkan pembinaan, terkhusus bagi anak – anak. Dengan adanya tindakan preventif berupa edukasi sejak dini, anak – anak akan mampu mendapatkan pengetahuan bagaimana mereka memiliki hak dan kewajiban menjaga area tubuh mereka, dan tubuh kawan-kawannya agar tidak disentuh oleh orang lain. “Kami berharap pengetahuan ini bisa berkontribusi pada berkurangnya kasus kekerasan pada anak”, papar Dewi Puspitasari, M.Pd dan Norma Nofianto, M.Pd, pendamping Program KKN sekaligus inisiator kegiatan Save the Children.

save children 2

Kegiatan ini mendapatkan respon yang apresiatif dari kalangan orang tua dan anak – anak di desa Bendan Sari, meski di awal sempat muncul keraguan dari mereka. Program Save the Children ini, diisi tidak hanya dengan Kampanye dan penyuluhan pentingnya menjaga area pribadi, tetapi sekaligus menjawab kebutuhan masyarakat akan pentingnya nilai – nilai moral yang harus ditanamkan sejak dini, dengan keluarga sebagai pilar pendidikan utama dan pertama.

Kehadiran Tim KKN beranggotakan mahasiswa dari beberapa Jurusan di IAIN Pekalongan, seperti Jurusan Pendidikan Bahasa Arab, Pendidikan Agama Islam, dan Ekonomi Syariah secara kolaboratif turut mensinergikan ide bersama manjawab kebutuhan masyarakat, tidak hanya mengerucut pada segmen anak saja, tetapi juga untuk orang tua. Ini dibuktikan dengan progress yang dicapai, salah satunya adalah menghidupkan Tempat pembelajaran Al-Quran (TPQ) yang telah lama vakum, dan pengkaderan tenaga pengajar agar ke depannya bisa mendapatkan bantuan dan perhatian dari Pemerintah Kota Pekalongan. Disamping itu, juga diadakan pelatihan ketrampilan bagi ibu-ibu, dengan membuat Buku Bantal Huruf Hijaiyah, meskipun masih terkendala aspek pemasaran.

Respon supportive juga diperoleh dari kalangan lembaga Pemerintah setempat, seperti Polsek dan Koramil, dengan dukungan pencanangan kampung Ramah Anak di Desa Bendan Sari. Support kerjasama dengan beberapa Lembaga Independen, seperti Fantatik (Forum Anak Kota Batik) binaan LPPAR kota pekalongan, Perpustakaan Keliling MataArah (Crowdfunding-Prancis) yang sempat singgah beberapa hari di pekalongan dalam tournya keliling Indonesia, beberapa komunitas Jalanan Kota pekalongan dan Batang dari berbagai keahlian (Musik,grafiti,lukis,teater) yang bersedia menjadi relawan disana dalam rangka meningkatkan experience & skill anak – anak kelurahan Bendan Sari. Hal ini merupakan angin segar bagi Program Save the Children kelurahan Bendan Sari.

“Kita berusaha untuk menggandeng teman – teman yang memiliki satu visi, yaitu perbaikan kualitas berfikir anak, Fantatik dengan ide-idenya yang luar biasa dan beberapa tim lain yang bersama-sama berusaha agar bagaimana anak – anak ini bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih baik ke depannya” lanjut Dewi dan Norman. Harapan dari Tim Pokja IAIN Pekalongan ini adalah agar Pemerintah dan Lembaga – Lembaga lain memiliki kepedulian yang sama, sehingga anak – anak Pekalongan, dan anak – anak Indonesia pada umumnya memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan hak UNTUK menghormati dan dihormati. “Kalau bukan dari kita, siapa lagi?” tutup kedua personil ini.

PTKI Kaya Inovasi Model Pengabdian

http://diktis.kemenag.go.id/gambar/fotoberita/01495014322diskowslitapma2.jpgSurabaya (17/5)- Brainstorming Kepala LP2M Dan P3M PTKI yang bertemu di forum workshop peningkatan mutu penelitian, publikasi ilmiah dan pengabdian kepada masyarakat di Surabaya dalam rangka penyusunan panduan pengabdian kepada Masyarakat Dan Kuliah pengabdian mahasiswa (KPM, biasa disebut juga KKN) menginformasikan respon yang menarik dari berbagai lapisan sosial. Ekawati Rahayuningsih, Ketua P3M STAIN Kudus memaparkan tanggapan positif aparatur pemerintah daerah yang takjub dengan model pendekatan KKN yang dipergunakannya yang melampaui core business keislaman dan bahkan dianggap menyamai model KKN perguruan tinggi terkemuka di Jawa Tengah. Sehingga, pejabat daerah tersebut “ketagihan” untuk melibatkan kembali STAIN Kudus untuk berpartisipasi dalam pembangunan daerahnya.

Lain halnya cerita yang disampaikan Mushofa Basyir, Sekretaris LP2M IAIN Pekalongan. “Pengalaman selama satu tahun Ini, LP2M mendorong pengabdian yang dapat memberikan sumbangsih pada pengembangan keilmuan program studi. Program pengabdian dilaksanakan oleh prodi dikomandoi dosen dan dibuat dengan tema-tema tertentu,” jelas Mushofa. “Sebagai contoh, tema program pengabdian atau KKN untuk pewujudan kampung ramah anak. Model ini dikelola oleh dosen dan mahasiswa prodi PGMI dan PIAUD, pendampingan komunitas desa untuk ketahanan ekonomi berbasis syariah ditangani oleh prodi Ekonomi Syariah, Hukum Ekonomi Syariah dan Perbankan Syariah, dan lain-lain,” paparnya menjelaskan. Menurutnya, program pendampingan berbasis tema-tema tersebut dikawal oleh seorang dosen yang juga memahami cara melakukan pengabdian. Sehingga, dosen bisa menjadikan bahan pengabdian tersebut sebagai bahan tulisan untuk publikasi ilmiah. Hal yang demikian itu makin kentara sumbangsih pengabdian kepada produksi ilmu pengetahuan.

Hal yang lain yang juga memiliki keunikan adalah praktik pemberdayaan masyarakat di UIN Maulana Maliki Malang. Dr. Mufidah sebagai Kepala LP2M memaparkan bahwa program pendampingan masyarakat diinisiasi dengan menciptakan media “tempat berkumpul” masyarakat. “Ini menjadi organisasi gerakan masyarakat lokal. Bahkan, kini sudah ada lebih dari 20 pesantren masyarakat, yang menjadi pusat gerakan pemberdayaan lintas bidang termasuk bidang ekonomi,” cerita Mufidah dengan asyiknya.

Namun demikian, beberapa PTKI masih menerapkan model pemberdayaan masyarakat yang hanya fokus pada penguatan praktik keagamaan, seperti praktik khutbah Jumat, pengurusan jenazah dan dasar keagamaan lainnya. “Beberapa daerah pedalaman masih membutuhkan sisi-sisi penguatan keagamaan seperti fardhu kifayah atau pelatihan jadi imam,” jelas Ghazali, Kepala Pusat Pengabdian UIN Alauddin Makassar. Pendekatan seperti itu hanya untuk daerah-daerah tertentu saja. “Pada pemetaan awal sebelum pengabdian seringkali ditemukan pelaksanaan Shalat Jumat digagalkan dikarenakan petugas khatib atau imamnya sedang berhalangan,” terangnya lebih lanjut.

Kekayaan pendekatan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini akan memperkaya panduan yang disusun pada pertemuan ini. Keberadaan panduan ini diharapkan bisa menjadi pedoman bagi PTKI yang saat ini masih sporadis dalam pelaksanaan salah satu fungsi Tri Dharma Perguruan Tinggi ini. (n15)

Sumber : Subdit Penelitian Diktis Kemenag Ri

Link : http://diktis.kemenag.go.id/NEW/index.php?berita=detil&jenis=news&jd=823#.WR0S4rYlHIV

IAIN Pekalongan Dorong Riset Islam Indonesia

seminar proposal penelitian 2017Pekalongan – “Kualitas sebuah perguruan tinggi diukur berdasarkan hasil-hasil risetnya. Melalui riset, ilmu-ilmu keislaman dapat berkembang dan dapat menjawab problem keumatan,” demikian sambutan Rektor  IAIN Pekalongan, Ade Dedi Rohayana pada forum seminar (4/5/2017). Lebih lanjut Ade mengatakan bahwa IAIN Pekalongan memiliki visi keilmuan membangun ilmu pengetahuan dan teknologi berwawasan keindonesiaan. Melalui visi keilmuan ini, semua bangunan ilmu dan produk-produk riset harus menguatkan, mengembangkan dan memperkuat keindonesiaan kita. “Islam Indonesia sebagai anak kandung negeri ini perlu dirawat. Khazanah Islam lokal terbukti dapat mengayomi kehidupan berbangsa. Riset terkait nilai-nilai dan kontribusi keislaman Indonesia perlu diperkokoh, bukan Islam model import,” pungkasnya.

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) menyelenggarakan seminar ini dalam rangka menjaring proposal yang bermutu sebagai bagian dari upaya meningkatkan mutu riset. Namun demikian, seminar tidak hanya untuk proses seleksi melain sebagai proses belajar bersama. Kegiatan yang dihelat di Hotel Dafam ini dihadiri 130 dosen dengan team reviewer rektor-rektor IAIN se-Jawa Tengah, seperti Dr. Mudlofir Abdullah; Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd; dan Dr. Suprayitno, M.S.I.

Dalam acara pra pembukaan, selaku Ketua LP2M, Maghfur Ahmad mengatakan  bahwa ada tiga ukuran kualitas penelitian, yaitu dirujuk kalangan akademis; dijadikan landasan kebijakan serta menjadi solusi atas persoalan-persoalan yang dihadapi umat, stakeholders dan masyarakat. Selain itu, kualitas perguruan tinggi dinilai dari seberapa banyak naskah yang dipublikasikan, baik di jurnal nasional maupun internasional. Hanya saja, seringkali kita terjebak oleh jerat-jerat kapitalis dalam mengukur kualitas publikasi hasil riset. Jurnal baru dianggap bereputasi internasional jika dipublikasi pada agen-agen indeksasi tertentu. “Scopus itu milik perusahan. Milik pemodal, kenapa kementrian kita ‘menuhan’ mereka. Kita jangan terjebak hal-hal formalitas seperti ini,” kata Maghfur.

Dalam seminar ini juga dirancang riset kolaborasi antar Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKIN) se-Jawa Tengah. “Kedepan bukan hanya saling tukar reviewer melainkan melakukan riset bersama. Join sumber daya manusia, join pengetahuan, join financial. Jalan ini perlu ditempuh agar IAIN Pekalongan dapat sejajar dengan perguruan tinggi yang telah maju,” harap Rektor Pekalongan. “Tanpa kerjasama kita akan kerdil, tidak dapat bersaing dengan lembaga lain. Suasana akademik seperti ini perlu kita galakkan. Kehadiran para rektor se-Jateng menjadi pijakan awal untuk maju bersama, membesarkan kampus masing-masing. Menghadirkan para rektor ke sini tidak mudah. Kita harus memanfaatkan kesempatan ini dengan lebih baik untuk mengembangkan sisi akademik dan kelembagaan di perguruan tinggi masing-masing,” pungkasnya.

15 Dosen IAIN Pekalongan Terima 22 Hak Kekayaan Intelektual

penyerahan haki web

Pekalongan – Bertempat di Ruang Sidang Lantai III Rektorat IAIN Pekalongan, Rektor IAIN Dr. H. Ade Dedi Rohayana, M.Ag menyerahkan piagam Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang dikeluarkan oleh Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Rabu (15/03). Sebanyak 22 piagam diserahterimakan secara langsung kepada semua pemegang HKI yang berjumlah 15 dosen.

“IAIN Pekalongan telah merealisasikan apa yang diharapkan menteri agama sebagai tugas pokok perguruan tinggi negeri agama. Kita sudah berupaya untuk melakukan Tridarma perguruan tinggi,” ujar Dr. H. Ade Dedi Rohayana, M.Ag.

Menurutnya, perpaduan antara pengajaran, riset, dan pemberdayaan harus berjalan beriringan sehingga peran dan fungsi sebuah perguruan tinggi bisa dirasakan oleh masyarakat secara langsung.

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Pekalongan, Maghfur Ahmad mengamini dan menegaskan IAIN Pekalongan sedang berada di jalur yang tepat untuk menuju harapan Rektor.

“Kunjungan Bapak Zain jadi nilai strategis bagi IAIN Pekalongan. Kita berusaha memberikan yang terbaik terkait publikasi ilmiah. Sejak 2012 kita meyakini bahwa riset, pengabdian, dan publikasi ilmiah menjadi ruh perguruan tinggi. Perguruan Tinggi dinilai bereputasi atau tidak adalah apakah bermanfaat bagi masyarakat atau menjadi rujukan bagi pengambil kebijakan,” ungkap Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Pekalongan, Maghfur Ahmad.

“Dalam konteks ini, salah satunya, IAIN Pekalongan memegang beberapa sertifikat HKI yang cukup variatif, meliputi karya tulis ilmiah, logo, musik, dan juga alat peraga ilmu falak. Ini adalah bentuk komitmen kami mewujudkan kampus yang Rahmatan Lil ‘Alamin itu,” lanjutnya.

Secara rinci berikut 15 penerima dan jumlah masing-masing HKI: Dr. H. Ade Dedi Rohayana, M.Ag selaku Rektor (2); Maghfur Ahmad, M.Ag (2); Moh. Muslih, Ph.D (2); Dr. Mohammad Hasan Bisysri, M.Ag. (1); Dr. Imam Kanafi, M. Ag. (2); Esti Zaduqisti (1); Miftahul Ula, M.Ag (1); Kurdi, M. Si. (1); Muhandis Azzuhri, Lc., MA. (2); Salafudin & Nalim (2); Dr. Susminingsih, M. Ag. (1); Siti Mumun Muniroh (1); Dwi Istiyani (1); Agus Arwani (2); dan Drs. H. M. Muslih, M. Ag. (1).

Selain acara penyerahan sertifikat HKI juga diselenggarakan Focus Group Discussion bertajuk Rencana Induk Pengembangan Riset dan Pengabdian PTKI. Forum ini dihadiri Kasubdit Penelitian, Publikasi Ilmiah dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Kemenag, Muhammad Zain, Kasi Penelitian dan Pengembangan Hak Kekayaan Intelektual Diktis Anis Masykhur, dan Kasi Publikasi Ilmiah Diktis Mahrus._(zakka)

Kemitraan IAIN Pekalongan Dengan Masyarakat Hasilkan Sistem Informasi Desa

Pekalongan – Upaya Kementerian Agama dalam mendorong pelaksanaan pengembangan kemitraan universitas dengan masyarakat di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) mulai berdampak. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Pekalongan berhasil membangun kesadaran masyarakat akan data asset kekayaan di sekitarnya melalui Sistem Informasi Desa (SID).

“Dari SID yang kami terapkan, potensi kekuatan lokal masyarakat dapat terdeteksi, termasuk kemandirian dalam bidang ketahanan pangan dan ekonomi, mulai dari potensi ekonomi kekayaan sumber air dengan kualitas tinggi, kekayaan alam untuk pertanian, keindahan view alam untuk pengembangan wisata, dan lain sebagainya,” ungkap Rektor IAIN Pekalongan Ade Dedi Rohayana pada acara FGD Rencana Induk Pengembangan Riset dan Pengabdian di Pekalongan, Rabu (15/03).

Ade Dedi Rohayana mengapresiasi program kemitraan yang dikembangkan Kemenag melalui Direktorat Pendidikan Tinggi Islam. Menurutnya, hal itu terbukti memberi warna baru bagi dosen agama sehingga mereka tidak hanya terkotak dalam bidang keilmuan agama saja. Lebih dari itu, para dosen mampu berkiprah lebih luas dalam kemitraan dengan masyarakat untuk mengembangkan kekuatan potensi alam.

Kasubdit Penelitian, Publikasi Ilmiah dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Muhammad Zain mengapresiasi terobosan yang dilakukan IAIN Pekalongan dalam mengembangkan SID. Dia berharap keberhasilan IAIN Pekalongan bisa menginspirasi PTKI lainnya agar bisa lebih dekat dengan masyarakat.

Menurutnya, kehidupan universitas memang tidak bisa dilepaskan dari masyarakat umum. Para dosen tidak boleh terus berada di puncak menara gading yang jauh dari lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, civitas akademika dituntut menjadi agen perubahan yang mampu mengadvokasi masyarakat.

“Untuk itu, tradisi akademik yang didesiminasikan dalam program pemberdayaan masyarakat harus mampu menyentuh kondisi sosial masyarakat. Sejauh ini, model yang dikembangkan IAIN Pekalongan telah mampu mewujudkan hal itu,” tandasnya.

Dikatakan M Zein, perguruan tinggi yang baik adalah perguruan tinggi yang dapat melakukan pemberdayaan serta bertanggung jawab pada kondisi sosial masyarakat. “Pembelajaran untuk melayani dibangun dari tradisi universitas yang memiliki tanggung jawab,” ungkap Zain.

Hadir dalam kegiatan tersebut, civitas akademika IAIN Pekalongan, Kasi Penelitian dan Pengembangan Hak Kekayaan Intelektual Diktis Anis Masykhur, dan Kasi Publikasi Ilmiah Diktis Mahrus. (wildan/mkd/mkd)